Jumat, 01 Maret 2013

Cerita Rakyat Kebo Kicak Dari Jombang

Cerita Rakyat Kebo Kicak Dari Jombang - Sholikhudin Arif | Karena mendapatkan tugas untuk mencari cerita rakyat mengenai kota jombang, maka pada artikel kali ini saya akan memberikan sebuah cerita rakyat dari daerah jombang atau bisa saja disebut daerah asal saya sendiri.

Cerita Rakyat Kebo Kicak


Banteng Tracak Kencana

Mendung gelap menyelimuti Majapahit setelah beberapa genarasi terakhir mengalami perang saudara yang dahsyat. Setelah runtuhnya Majapahit di tangan orang-orang Demak keturunan kerajaan dari Raja Wijaya terpecah ke beberapa daerah salah satu selir dari Raja wijaya terdampar dan tinggal di Jombang, ia tinggal di sebuah desa yaitu desa Karang Jambu. Dari desa inilah sebuah kisah besar terjadi. Arum Sari salah satu selir Raja Brawijaya memilki tiga orang putra yakni Jaka Samar, Jaka Suwana dan Jaka Suwandi. Kisah ini memilki pengaruh besar terhadap nama-nama desa di Jombang.

Rerumputan terlihat hijau di sela-sela pepohonan yang rindang di daerah Jombang bagian utara rumah-rumah masih jarang terlihat di daerah itu hanya beberapa rumah yang jaraknya saling berjauhan. Dari sebuah rumah terdengar suara ribut seperti membahas sesuatu. Jaka Samar salah seorang putra Arum Sari sedang menantang saudaranya untuk latihan bertarung.
“Ayo maju, tunjukkan kemampuanmu? Tantang Jaka samar
“Baik, serang aku! Jawab Jaka suwana
Jaka Suwandi hanya diam dan meperhatikan saudaranya yang sedang berlatih ia lebih senang memperhatikan, keadaan dan sesekali mencabut rumput dan mengikatnya sesekali ia mengambil rumput dan menaruh di mulutnya sambil terus memperhatikan dua saudaranya. kedua anak bersaudara itu memang sudah memperoleh ilmu beladiri dari bapaknya dan juga dari paman dan kerabatnya.
Suatu hari mereka ingin menimba ilmu beladiri dan kanuragan yang lebih tinggi, di daerah Jombang sebelah selatan terdapat seseorang yang terkenal sakti mandraguna mereka ingin menimba ilmu darinya, untuk itu mereka meminta izin kepada Arum Sari ibunya.
“ Bu, kami minta izin untuk pergi ke Sumonyono. Jaka Samar mewakili saudara meminta izin
“untuk apa kalian pergi ke Sumonyono? Tanya Arum Sari
“ Kami ingin belajar ilmu kanuragan kepada Eyang Sandi. Jawab Jaka Samar
“ Setelah kamu memilki ilmu kanuragan, akan kamu gunakan untuk apa ilmu itu? Tanya Arum Sari kepda ketiga putranya.
“ Kami akan menggunakan ilmu itu untuk menolong orang bunda. Jawab Jaka Samar.
“ Baiklah, kuizinkan kalian pergi untuk menimba ilmu, tapi ada syarat yang harus kalian penuhi. Pinta Arum Sari
“Apakah syarat itu bunda? Jaka Suwandi menyahut.
“ Kalian anak-anakku harus patuh kepada Eyang Sandi dan kalian harus rukun sebagi saudara jangan saling menyakiti dan menghina! Ucap Arum Sari
“ Baik bunda, kami akan penuhi syarat bunda. Ketiga anak itu menjawab dengan penuh hormat
Mereka bertiga berjalan melalui jalan kecil bebatuan menuju desa Sumonyono, sampai di desa Sumonyono mereka mencari orang yang bernama Eyang Sandi. Mereka tidak kesulitan menemukan kediaman Eyang Sandi yang dikenal Sakti Mandraguna dan disegani banyak orang, selain sakti Eyang Sandi juga seorang yang ahli agama banyak orang menyebutnya Kiyai Soponyono. Selain tiga pemuda itu banyak juga pemuda yang berdatangan untuk menimba ilmu darinya.

Ketiga pemuda itu berlatih dengan sungguh-sungguh dalam wakt yang singkat Jaka Samar dan Jaka Suwandi sudah menguasai jurus-jurus dasar. Kemampuan mereka lebih cepat dibandingkan murid-murid lain, Eyang Sandi bangga kepada mereka, Jaka Suwanda berbeda ia lebih senang bermain dan jalan-jalan hingga suatu ketika saat sore menjelang malang, matahri mulai redup dan mega merah mulai terurai diufuk barat. Eyang Sandi memanggil semua muridnya untuk berkumpul namun Jaka Suwanda belum kelihatan batang hidungnya, Akhirnya Eyang Sandi memerintahkan Jaka Samar mencarinya.
“ Jaka Samar, kemana Jaka Suwanda? Tanya Eyang Sandi
“ Saya tidak tahu guru. Jawab Jaka Samar
“ Klau begitu carilah dia sampai ketemu! Perintah Eyang Sandi
“ Baik guru. Jawab jaka Samar seraya berdiri meninggalkan balai pertemuan.
Jaka Samar mencari Jaka Suwanda kea rah utara menyusuri sungai sampai disuatu tempat ia melihat seseorang yang sedang mencari ikan di sungai setalah diperhatikan cukup lama Jaka Samar mengetahui kalau dia adalah jaka Suwanda. Jaka Samar mendatanginya.
“ Jaka Suwanda!” Panggil Jaka Samar dengan suara keras.
“ Kanda”. Gumam Jaka Suwanda
“ Kamu tidak tahu kalau sekarang sudah petang?” Hardik Jaka Samar
“ Tahu Kanda”. Jawab Jaka Suwanda
“ Jaran Kecek! Ayo, kita pulang!” ucap Jaka Samar
Sejak kejadian itu nama Jaka Suwanda menjadi Jaran Kecek, semua memanggilnya Jaran Kecek. Jaran adalah nama binatang yang suka berjalan dan Kecek artinya suka bermain di air. Julukan itu kemudian menjadi nama yang biasa digunakan untuk memanggilnya.
Suatu hari Arum Sari kangen kepada ketiga putranya iapun menyiapkan segala sesuatu untuk perbekalan diperjalanan menjenguk putranya yang ada di desa Sumonyono. Ia membawa makanan mentah dan juga makanan untuk dimakan diperjalanan. Dalam perjalanan ia melihat seorang pemuda berjalan dengan cepat ketika disapa ia sudah tidak kelihatan. Arum Sari merasa ada sebuah firasat buruk yang akan terjadi, ia mempercepat langkah kakinya menuju desa Sumonyono. Sampai di desa Sumonyono ia segera masuk ke padepokan Eyang Sandi dan menyatakan hormat kepada Eyang Sandi kemudian mengutarakan maksudnya untuk menjenguk ketiga putranya. Eyang Sandi mempersilahkan Arum Sari mencari putranya di belakang padepokan, ia sedikit lupa wajah putranya setelah diamati ia melihat dua pemuda gagah sedang berlatih bertarung. Salh seorang dari terlihat kewalahan namun pemuda yang satu terus membantainya melihat itu Arum Sari berteriak menghentikan pertarungan itu namun teriakan itu tak diindahkan.
“ Hai kamu manusia, tapi kelakuanmu seperti kerbau! Ucap Arum Sari
Seketika Pemuda yang terus memukul itu menggeliat-geliat dan kepalanya berubah menjadi kepala kerbau. Seorang pemuda mendatangi Arum Sari sambil menangis.
“ Ibu, dia adalah putra ibu, Jaka Samar” kata jaka Suwandi
“ ibu, tolong cabut perkataan ibu supaya ia kembali menjadi manusia” pinya Jaka Suwandi
“ Sabda pandita Ratu, yang terucap tak dapat ditarik lagi karena ujudmu berubah maka namamu sekarang Kebokicak” Arum Sari berkata sambil menunjuk Jaka Samar.
Setelah keadian itu Arum Sari berpamitan kepada Eyang Sandi dan menitipkan lagi putranya. Arum Sari meninggalkan padepokan dengan perasaan sedih dan resah, ternyata firasat itu terjadi anak pertamanya menjadi manusia setengah binatang.

Kebo Kicak, Suwandi dan Jaran Kecek bersaing dalam mendalami ilmu kanuragan mereka menguasai ilmu kesaktian yang dahsyat diantaranya ilmu panglimunan, Braja Musti, dan pancasunya. Kebo kicak paling menguasai Ilmu Pancasunya dibandingkan dua saudaranya. Dari kemampuan yang telah dimilki ketiga pemuda itu, Eyang Sandi memberikan Banteng Tracak Kencana kepada Jaka Suwandi atau Surantanu karena ia memilki budi yang paling baik diantra dua saudaranya.

Suatu ketika kebo kicak memiliki keinginan untuk menikah, Wanita yang dicintai Kebokicak bernama Pandan Sari, namun untuk mendapatkan hati orang yang dicintainya ia harus memberikan tumbal “Banteng tracak kencono” yang dimilki oleh Surantanu nama lain dari Jaka Suwandi untuk mendapatkan apa yang diinginkan itu kebokicak harus berhadapan dengan saudaranya sendiri yang tidak menyetujui tindakannya yakni menikah dengan menggunakan tumbal “Banteng tracak kencono”.
“ Surantanu berikan banteng tracak kencono kepdaku!” pinta kebokicak
“ Tidak, aku tidak akan memberikan banteng tracak kencono kepadamu!” tolak Surantanu
“ Jika kamu tidak menyerahkan maka aku harus membunuhmu terlebih dahulu”. Ancam Kebokicak dengan marah
“ Ambillah kalau kamu bisa Kebokicak!” ledek Surantanu sambil berlari
Surantanu berhasil membawa “banteng tracak kencono” yang direbut oleh kebo kicak , di perjalanan ia dihadang oleh kebokicak dan terjadilah pertempuran sengit diantara mereka, Surantanu kewalahan menghadapi Kebokicak, ia melarikan diri kesebuah rawa-rawa tebu,yang berada di barat desa Somonyono kebo Kicak terus mengejarnya. Mereka sama-sama menggunakan ilmu panglimunan supaya tak dapat dilihat dengan mata biasa, Tebu-tebu yang lewati kebokicak dan Surantanu menjadi Hitam, kejadian ini menjadi cikal bakal pondok pesantren tebuireng,
Pengejaran terus berlanjut, Surantanu melarikan diri kebarat dan minum di sebuah sumber air yang airnya biru. Kejadian ini menjadikan tempat tersebut di beri nama balung biru.kemudian ia meneruskan perjalanan dan bersembunyi dalam pohon nangka dekat sumber air, tempat Surantanu bersembunyi itu kemudian dijadikan nama desa sumber nongko. Kebo kicak mengetahui keberadaan Surantanu, ia mendatangi tempat itu dan terjadi pertarungan lagi, Surantanu lari lagi ke utara di sebuah tempat yang penuh dengan talas dan bersembunyi disana, Kebo Kicak mencium bau “Banteng Tracak Kencono” disekitar talas-talas, kebokicak menggunakan ilmu tarawangan untuk mengetahui apa yang ada di dalam rerimbunan talas, ternyata ia melihat Surantanu yang sedang bersembunyi. Kebo kicak segera menyusulnya masuk kererimbunan talas tiba-tiba batang talas yang tadinya hijau berubah menjadi hitam seperti tanduk banteng, kejadian ini menjadi cikal bakal nama Desa Bantengan.

Dalam pertarungan ini Surantanu berhasil membelah tubuh Kebo kicak dan menganggap kebo kicak tidak mengejarnya lagi. Tapi kesaktian kebokicak dapat memulihkan dirinya dengan menggunakan ilmu pancasunya dan menjelma menjadi seekor harimau putih.

Harimau putih kadang menjelma menjadi manusia yang bernama Sargula, Sargula mencari keberadaan Surantanu dengan berjalan keselatan menuju desanya sendiri karang jambu. Di desa itu ia mencium bau Banteng Tracak Kencono sehingga ia mengetahui bahwa Surantanu berada di desa itu juga, akhirnya ia kembali kewujud asal yaitu kebokicak, mereka bertemu dan terjadi pertempuran yang benar-benar sengit mereka saling mengunakan ilmu tingkat tinggi hingga dari pertempuran itu keluar cahaya hijau dan merah membelah langit gelap mengejutkan apa saja yang hidup pada waktu itu. Cahaya hijau dan merah itu menjadi cikal bakal nama Jombang.mereka terus bertarung hingga akhinya banteng tracak kencana terkena panah pusaka Kebokicak dan mati, mereka terus bertarung meskipun apa yang diperebutkan sudah tak ada hingga mereka sama-sama terkena pukulan dan tendangan mematikan yang mengakibatkan keduanya menghembuskan nafas terakhir yang meyebabkan mereka lumpuh dan menyebabkan kematian mereka.

Disadur secara bebas dari cerita rakyat Kebokicak Karang Kejambon yang dituturkan oleh Bapak Jamadi, 80 tahun, seorang petuah masyarakat desa Sumbernongko kecamatan Tunggorono kabupaten Jombang.

4 komentar:

KOSOL KOSOLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLL ...

Assalamualaikum, saya M. Ilham Ihwansyah dari SMA mojoagung minta izin untuk menggunakan cerita ini sebagai referensi tugas drama bahasa jawa

Cerita Rakyat Kebo Kicak Dari Jombang ~ Sholikhudin Arif >>>>> Download Now

>>>>> Download Full

Cerita Rakyat Kebo Kicak Dari Jombang ~ Sholikhudin Arif >>>>> Download LINK

>>>>> Download Now

Cerita Rakyat Kebo Kicak Dari Jombang ~ Sholikhudin Arif >>>>> Download Full

>>>>> Download LINK

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More